Tiongkok sedang dalam proses menerapkan pembatasan yang lebih ketat pada penerapan layanan kecerdasan buatan (AI) generatif di dalam negeri.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya pihak berwenang untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan manfaat teknologi ini dan mengurangi risiko terkait.
Kontrol yang Lebih Ketat di Tiongkok
Tiongkok baru-baru ini meluncurkanrancangan peraturan keamanan yang ditujukan untuk perusahaan yang menyediakan layanan kecerdasan buatan (AI) generatif, yang mencakup pembatasan signifikan pada sumber data yang digunakan untuk melatih model AI.
Peraturan yang diusulkan ini dirilis oleh Komite Standardisasi Keamanan Informasi Nasional, yang mewakili entitas-entitas utama seperti Cyberspace Administration of China (CAC), Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi, dan lembaga penegak hukum.
Kecerdasan Buatan Generatif
AI Generatif, bidang yang dicontohkan oleh kemampuan ChatGPT dari OpenAI, melibatkan model AI yang memperoleh kemampuan untuk melakukan tugas-tugas dengan menganalisis data historis dan menghasilkan konten baru, seperti teks dan gambar, berdasarkan pelatihan mereka.
Rancangan peraturan tersebut berfokus pada pengendalian konten yang digunakan untuk melatih model AI generatif yang dapat diakses publik.
Konten yang melebihi "5% dalam bentuk informasi yang melanggar hukum dan merugikan" akan dimasukkan ke dalam daftar hitam, yang mencakup konten yang mempromosikan terorisme, kekerasan, subversi sistem sosialis, kerusakan reputasi negara, dan tindakan yang merusak kohesi nasional dan stabilitas masyarakat.
Melarang Data yang Disensor
Selain itu, peraturan ini menyoroti larangan menggunakan data yang disensor di internet Tiongkok sebagai bahan pelatihan untuk model-model ini.
Pengembangan ini mengikuti izin yang diberikan kepada berbagai perusahaan teknologi Tiongkok, termasuk mesin pencari terkemuka Baidu, untuk memperkenalkan chatbot bertenaga AI generatif kepada masyarakat umum.
Evaluasi Keamanan dan Melindungi Data Pribadi
Administrasi Dunia Maya Tiongkok telah secara konsisten menekankan persyaratan bagi perusahaan untukmemberikan evaluasi keamanan kepada badan pengatur sebelum meluncurkan layanan bertenaga AI generatif kepada publik sejak April.
Pada bulan Juli, regulator dunia maya merilis seperangkat pedoman yang mengatur layanan ini, yang menurut para analis industri tidak terlalu ketat dibandingkan dengan draf awal pada bulan April.
Peraturan keamanan yang baru diusulkan menetapkan bahwa organisasi yang terlibat dalam pelatihan model AI ini harus mendapatkan persetujuan eksplisit dari individu yang data pribadinya, termasuk informasi biometrik, digunakan untuk tujuan pelatihan.
Selain itu, pedoman ini juga mencakup instruksi komprehensif tentang pencegahan pelanggaran yang terkait dengan kekayaan intelektual.
Ambisi AI Tiongkok di tahun 2030
Tiongkok telah menguraikan rencana tiga langkah komprehensif untuk mencapai posisi terdepan dalam bidang kecerdasan buatan (AI).
Fase pertama, yang dijadwalkan selesai pada tahun 2020, melibatkan memastikan bahwa Tiongkok tetap setara dengan teknologi AI yang mutakhir dan aplikasinya yang luas.
Fase kedua, yang ditetapkan untuk tahun 2025, bertujuan untuk mencapai terobosan yang signifikan dalam pengembangan AI.
Kemajuan ini diharapkan akan mencapai puncaknya pada fase ketiga dan terakhir dari rencana tersebut, yang memposisikan Tiongkok sebagai pemimpin global dalam bidang AI pada tahun 2030.
Sehubungan dengan kemajuan teknologi, negara-negara di seluruh dunia menghadapi tantangan untuk merumuskan kerangka kerja regulasi yang komprehensif untuk tata kelola teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).