Komisi Sekuritas dan Bursa Filipina (SEC) bergabung dengan mitranya dari Amerika Serikat dan Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam upaya memerangi kejahatan terkait mata uang kripto dan meningkatkan kemampuan penegakannya. Pendekatan kolaboratif ini merupakan respons terhadap meningkatnya kecanggihan para penipu dan berkembangnya penipuan keuangan di era digital.
Kemitraan ini, yang mencakup lokakarya Pelatihan Investigasi dan Penegakan Hukum yang diselenggarakan oleh International Organization of Securities Commissions (IOSCO) yang diadakan pada bulan Agustus, bertujuan untuk membekali SEC Filipina dengan perangkat dan keahlian yang diperlukan untuk menyelidiki dan mencegah berbagai kejahatan yang berhubungan dengan sekuritas. Kejahatan ini mencakup perdagangan orang dalam, manipulasi pasar, penipuan di luar pasar, dan masalah penipuan kripto yang sedang berkembang.
Emilio Aquino, Ketua SEC Filipina, menekankan pentingnya untuk tetap menjadi yang terdepan dalam menghadapi taktik para penipu, dengan menyatakan bahwa "Para penipu semakin maju dan canggih dalam teknik mereka seiring dengan munculnya teknologi-teknologi baru. Oleh karena itu, SEC harus terus meningkatkan kemampuan investigasi dan penegakan hukumnya untuk memastikan bahwa kami selalu selangkah lebih maju dalam mencegah penipuan;
Kolaborasi ini melibatkan pertukaran pengetahuan dengan perwakilan dari U.S. SEC dan ADB, yang berbagi pengalaman dan teknik mereka dalam menangkap para penipu investasi dan melakukan tindakan hukum terhadap mereka. Diskusi juga berpusat pada pentingnya memanfaatkan jaringan global IOSCO untuk berbagi informasi, dengan menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam memerangi kejahatan keuangan.
Salah satu hasil utama dari kemitraan ini adalah ratifikasi Nota Kesepahaman Multilateral IOSCO (MMoU) tentang kejahatan kripto pada 18 Agustus. Instrumen multilateral yang didirikan pada tahun 2002 ini memfasilitasi kerja sama lintas batas di antara para penandatangan, terutama dalam pertukaran informasi untuk penegakan peraturan di pasar sekuritas.
SEC Filipina tidak hanya berusaha untuk meningkatkan kemampuan penegakannya tetapi juga mengadvokasi pengembangan undang-undang penegakan hukum yang lebih kuat yang selaras dengan standar IOSCO. Komitmen ini menggarisbawahi tekad negara ini untuk menindak aktivitas ilegal yang melibatkan aset digital.
Namun, Filipina menghadapi tantangan dalam mengatur ruang cryptocurrency. Perilisan kerangka peraturan untuk aset kripto, yang awalnya dijadwalkan pada akhir 2022, ditunda hingga 2023. Aquino mengklarifikasi bahwa penundaan ini dimaksudkan untuk berhati-hati dan memastikan bahwa masyarakat terlindungi dari potensi risiko yang terkait dengan mata uang kripto. Bank sentral dan SEC negara tersebut secara konsisten memperingatkan warga agar tidak terlibat dalam pertukaran kripto asing, dan menyatakan keprihatinannya tentang perlindungan investor.
Meskipun demikian, Filipina tetap menjadi tujuan yang menarik untuk adopsi dan investasi mata uang kripto. Dengan lebih dari 11,6 juta penduduk Filipina memiliki aset digital, negara ini berada di peringkat ke-10 di seluruh dunia dalam hal adopsi kripto. Jajaran ini menyoroti kebutuhan negara untuk mencapai keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi melalui mata uang kripto dan menerapkan pengawasan regulasi yang kuat.
Sebagai kesimpulan, upaya kolaboratif antara SEC Filipina, SEC AS, dan Bank Pembangunan Asia merupakan langkah maju yang signifikan dalam menangani kejahatan terkait mata uang kripto. Namun, Filipina menghadapi tantangan yang kompleks dalam mengatur ruang kripto sambil memanfaatkan potensi ekonominya. Beberapa bulan mendatang akan sangat penting dalam membentuk pendekatan negara terhadap aset digital dan pengawasannya.