DeFi Education Fund (DEF), sebuah kelompok advokasi mata uang kripto, telah mengajukan amicus brief yang mendesak Pengadilan Banding AS untuk mempertimbangkan aspek-aspek unik dari teknologi blockchain saat mengevaluasi hak privasi pengguna mata uang kripto di bawah Amandemen Keempat. Brief tersebut mendukung banding James Harper terhadap Internal Revenue Service (IRS), yang menantang akses pemerintah terhadap riwayat transaksi pengguna di platform mata uang kripto.
Menantang Perintah IRS 2017
Harper adalah salah satu dari 14.355 pengguna Coinbase yang datanya diserahkan kepada IRS pada tahun 2017 setelah adanya perintah pengadilan. DEF berpendapat bahwa kasus ini menimbulkan kekhawatiran tentang keseimbangan antara kekuatan investigasi penegak hukum dan hak individu atas privasi keuangan di era digital.
DEF berpendapat bahwa Amandemen Keempat, yang melindungi individu dari penggeledahan dan penyitaan yang tidak masuk akal oleh pemerintah, perlu direvisi untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi yang terus berkembang. Hal ini menekankan perlunya menjaga tingkat privasi yang ada saat Amandemen Keempat diadopsi.
Dampak terhadap Hak Privasi
Kelompok advokasi ini menarik perhatian pada kasus Carpenter v Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa Amandemen Keempat membatasi kapasitas pemerintah untuk mendapatkan data dari platform pihak ketiga seperti Coinbase. Transaksi mata uang kripto, yang dapat dilacak di buku besar publik, memungkinkan koneksi identitas kehidupan nyata ke alamat samaran, yang berdampak pada privasi dan mata pencaharian semua pengguna yang terlibat.
Kelompok ini berpendapat bahwa permintaan pemerintah memberikan gambaran yang luas tentang kehidupan pengguna, termasuk "keluarga, politik, profesional, agama, dan asosiasi seksual." DEF berpendapat bahwa tingkat wawasan ini melampaui apa yang dapat dicapai melalui catatan perbankan tradisional.
Misi DEF dan Transaksi Mata Uang Kripto
Misi DeFi Education Fund adalah untuk mengedukasi para pembuat kebijakan tentang manfaat keuangan terdesentralisasi dan mencapai kejelasan regulasi untuk ekosistem DeFi. Dalam hal ini, hal tersebut menyoroti implikasi yang lebih luas untuk hak privasi digital dan langkah-langkah penegakan hukum di Amerika Serikat.
DEF Mendesak Mahkamah Agung untuk Mempertimbangkan Teknologi Kripto dalam Kasus Hak Privasi
Dalam sebuah kasus penting yang melibatkan IRS dan bursa mata uang kripto Kraken, DeFi Education Fund (DEF) telah mengajukan amicus brief yang mendesak Mahkamah Agung AS untuk mempertimbangkan aspek-aspek unik dari teknologi kripto saat mengevaluasi hak-hak privasi di bawah Amandemen Keempat. Kasus ini, IRS vs James Harper, berpusat pada perintah pemerintah agar Kraken memberikan data yang terkait dengan catatan transaksi cryptocurrency lebih dari 14,000 orang, termasuk Harper, untuk tujuan penegakan pajak.
Kekhawatiran Amandemen Keempat
DEF berpendapat bahwa pengadilan harus mengakui perbedaan antara teknologi mata uang kripto dan lembaga keuangan tradisional ketika menangani masalah Amandemen Keempat. Amanda Tuminelli, kepala petugas hukum DEF, menekankan bahwa data blockchain menawarkan kepada pihak berwenang sebuah "pandangan yang mendalam tentang kehidupan keuangan seseorang di masa lalu, sekarang, dan masa depan," yang berpotensi melanggar hak-hak Amandemen Keempat.
Tuminelli menggarisbawahi pentingnya menegakkan hak-hak privasi di era digital, dengan mengutip panduan Mahkamah Agung dalam kasus Kyllo v. United States. Naskah amicus tersebut mengangkat tiga pertimbangan utama untuk pertimbangan pengadilan.
Analisis Hukum dan Preseden
Pertama, DEF berpendapat bahwa pengadilan seharusnya tidak memperlakukan perlindungan Amandemen Keempat secara berbeda dalam kasus-kasus yang melibatkan informasi yang dimiliki oleh pihak ketiga. Hal ini menunjuk pada Carpenter v. United States sebagai pernyataan terbaru dan otoritatif mengenai doktrin "pihak ketiga", yang membatasi akses pemerintah ke data pribadi.
Kedua, laporan singkat ini menyoroti sifat unik dari transaksi mata uang kripto, dengan menekankan bahwa transaksi tersebut tidak sama dengan perbankan tradisional. Penelusuran buku besar publik memungkinkan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya ke dalam kehidupan keuangan pengguna dan asosiasi pribadi.
Terakhir, DEF menggunakan preseden Mahkamah Agung, mendesak pengadilan untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap masalah privasi dengan mempertimbangkan teknologi yang terus berkembang. Mereka berpendapat bahwa akses pemerintah terhadap transaksi yang tidak terkait melalui teknologi mata uang kripto memerlukan evaluasi ulang terhadap yurisprudensi Amandemen Keempat yang sudah ada.
Hasil dari Harper v Werfel dan Internal Revenue Services diperkirakan akan memiliki implikasi yang luas bagi komunitas mata uang kripto dan pendukung privasi digital. Ketika Mahkamah Agung bersiap untuk menyidangkan kasus ini, industri kripto dan pendukung privasi mengantisipasi keputusan yang akan menjadi preseden untuk melindungi aset digital dan informasi pribadi dalam lanskap teknologi yang terus berkembang.